Sulit untuk
mendapatkan kesediaan kesaksian dari korban maupun saksi peristiwa pengeroyokan
pada anak dibawah umur di desa Kembang. Alasan masih berkeliarannya pelaku merupakan
alasan utama yang menjadikan para korban dan saksi sulit diwawancarai.
Kondisi ini juga terkonfirmasi dari Kepala Desa
Kembang Juremi, yang warganya menjadi korban aksis kekerasan ini. Menurutnya
para korban dan saksi masih dilingkupi oleh ketakutan, karena meskipun pihak
desa Kembang telah melaporkan peristiwa tersebut, para pelaku masih bebas
berkeliaran. Meskipun tidak berani menyebut nama, Juremi mendapatkan informasi
bahwa terdapat peran dari penguasa di desa Dukuhseti dalam peristiwa tersebut. Bahkan
informasi yang didapatkannya bahwa penguasa tersebut tidak hanya menemani,
tetapi bahkan yang memegangi leher D (14 th), saat terjadi pengeroyokan.
Juremi menyadari bahwa warganya berat untuk
memeberikan kesaksian dan informasi, karena penguasa di Dukuhseti tersebut,
memiliki pendukung preman dalam jumlah besar dan kedekatan dengan aparat
keamanan serta ekonomi yang kuat.
Tokoh masyarakat kecamatan Dukuhseti, Asmawi Hasan
juga menyampaikan informasi yang hampir serupa. Dimasa lalu menurut pengalamannya,
premanisme di desa Dukuhseti sangat dekat dengan aparat keamanan, dan juga
dekat dengan tindakan prostitusi.
Asamawi menambahkan kemungkinkan saat sekarang telah
terjadi modifikasi, saat prostitusi sudah berakhir, ada hal yang mulai diperebutkan
yaitu pengelolaan hutan. Hutan di Dukuhseti yang mencapai lebih dari 2000
hektar, telah gundul sejak tahun 1997 an, dan sampai sekarang banyak
diperebutkan untuk ditanami tanaman ketela pohon.
Hasil ketela pohon yang sekarang lebih dari 60 juta
untuk tiap hektar, menjadikan hutan dilestarikan untuk tidak menjadi hutan, dan
ini berakibat pada terjadinya mafia dalam pengelolaan hutan. Hukum rimba
terjadi karena ketidak jelasan kelembagaan pengelolaan hutan, sehingga preman,
kapitalis lokal dan penguasa lokal bahu membahu mengamankan dominasi mereka
pada pengelolaan hutan. Nuansa kengeriaan dan premanisme merupakan upaya
sederhana yang efektif untuk menakut-nakuti pihak lain, atau anggota masyarakat
lain.
Asamawi tidak yakin bahwa kasus ini akan terungkap
dengan jelas, pasti ada upaya manipulasi dan mentutup-nutupi. Pihaknya berharap
kasus ini tidak hanya ditangani Polsek atau Polres, tetapi semestinya Polda
Jawa Tengah dan Mabes Polri, melakukan penanganan. Struktur peristiwa dan
konstruksi sosialnya mirip dengan peristiwa Salim Kancil, hanya saja kasusnya
tidak berkaitan dengan pasir besi, tetapi penanaman ketela pohon di hutan,
meskipun sama-sama berkaitan dengan pengelolaan hutan dan dominasi penguasa dan
pengusaha lokal.
Ditambahkannya, bahwa apabila kasus ini tidak
terselesaikan maka ekskalasi kekerasan di Dukuhseti akan meningkat lagi di
masa-masa yang akan datang. Premanisme akan mendapatkan rasa percaya diri yang
cukup tinggi, karena mereka memiliki cadangan keuntungan yang tinggi dari pengelolaan
hutan, dan juga pada sisi lain mereka merasa mampu membajak aparat keamanan
untuk melindungi upaya teror mereka pada masyarakat. (Jan 14, 2016)
Judul: Mirip Peristiwa Salim Kancil, Pengeroyokan Anak di Desa Kembang Sulit Diungkap
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 21.15
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 21.15
0 komentar:
Posting Komentar